WILUJENG SUMPING DI SKKS RANCABANG CIANJUR (www.skkscianjur.blogspot.com)

Senin, 10 Februari 2014

PANGAJÉN DIRI

Ajén pangajén salaku diri numutkeun Sunda: lalakon lampah dina pahirupan kudu diwangun ku olahan dasar
élmu dina tuturan adat jeung budaya tuturunan, karuhun anu buhun, pikeun panataran tur panuturan ules watek jeung paripolahna anu ngagambarkeun salaku manusa Sunda sangkan mampu nyumponan: kabutuh alam jiwa, kabutuhan alam pikir, jeung kabutuh alam waruga, sangkan dina nata rasa jeung niti diri, aya kadali atawa elésan, teu mangprung ngaberung sakama-kama, sakarep ingsun.

 Aturan Hirup di alam panyorangan. Kudu pengkuh kana aturan anu di sebut: “tata, titi, duduga, kalih peryoga. 

Tata (aturan léngkah) = tatapakan laku anu kudu napak kana ugeran aturan talari paranti sangkan teu ngarempak aturan, teu “pamali” (hasil kalakuan anu sok jadi mamala goréng). 


Titi (tahapan léngkah) = titincakan laku anu nincak kana paniatan anu surti jeung nastiti. Duduga (sawangan) = rupaning anu rék dilakonan tinangtu kudu disawang heula saméméh disorang, sangkan hasilna caina hérang laukna beunang, anu karasa pikeun kasalametan. (Wiwaha Yuda na Raga). 


Rabu, 03 Juli 2013

Mitos Maung Panjalu



Bongbang Larang (ilustrasi)

Mempelajari sejarah dan kebudayaan Panjalu tidak akan lepas dari berbagai tradisi, legenda, dan mitos yang menjadi dasar nilai-nilai kearifan budaya lokal, salah satunya adalah mitos Maung Panjalu (Harimau Panjalu). Sekelumit kisah mengenai Maung Panjalu adalah berlatar belakang hubungan dua kerajaan besar di tanah Jawa yaitu Pajajaran (Sunda) dan Majapahit.

Menurut Babad Panjalu kisah Maung Panjalu berawal dari Dewi Sucilarang puteri Prabu Siliwangi yang dinikahi Pangeran Gajah Wulung putera mahkota Raja Majaphit Prabu Brawijaya yang diboyong ke Keraton Majapahit. Dalam kisah-kisah tradisional Sunda nama Raja-raja Pajajaran (Sunda) disebut secara umum sebagai Prabu Siliwangi sedangkan nama Raja-raja Majapahit disebut sebagai Prabu Brawijaya.

Selasa, 02 Juli 2013

Gunung Padang



Cianjur merupakan salah satu Kabupaten di Jawa barat yang memiliki tempat-tempat wisata budaya dan sejarah yang luar biasa, salah satunya Situs Megalith Gunung Padang yang akhir-akhir in menjadi pembicaraan dikalangan para sejarawan dan Para Arkeolog Dunia.

Lokasi situs Megalith Gunung Padang bertempat di Kp Panggulan, Desa Karya Mukti kecamatan Campaka berjarak 50 KM dari Cianjur Kota. situs ini diperkirakan berusia sekitar 13.000 tahun.
Itu artinya, peradaban di Situs Gunung Padang lebih tua dari peradaban Mesopotamia dan Pyramid Giza di Mesir, yang selama ini dipercaya sebagai peradaban tertua di dunia. Situs ini diperkirakan luasnya mencapai 10 kali luas Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Minggu, 23 Juni 2013

Apa Sih Tugas Pemimpin Redaksi di Sebuah Penerbit Buku?

Bekerja di sebuah penerbit buku, ternyata tak cukup dengan ilmu yang pas-pasan. Ilmu, khususnya penulisan, penerbitan, pemasaran, harus selalu diupdate dan ditajamkan. Contohnya adalah pemimpin redaksi atau pemred. Dia mengemban tugas-tugas mulia demi terbitnya sebuah naskah buku. Di sini kita tidak bicara soal enak tidaknya, karena kalau pekerjaan itu dinikmati, maka akan nikmatlah jadinya. Di sini saya akan sharing sedikit soal tugas dan kewajiban seorang pemred atau manajer editor. Di antara tanggung jawab yang diembannya ialah:

1.Menjalin komunikasi yang baik dan menciptakan tim work yang solid

Sebelum, ketika, dan sesudah melakukan suatu pekerjaan, pemred hendaknya selalu menekankan terciptanya komunikasi yang baik dan tim yang solid kepada anggotanya. Hal ini karena penerbitan sebuah buku merupakan kerja tim dan bukan kerja individual.

2.Membagi pekerjaan kepada editor dan akurator

Jumat, 21 Juni 2013

JAMAN PAJAJARAN(4)

3. Ratu Dewata (1535 - 1543)

Surawisesa digantikan oleh puteranya (RATU DEWATA). Berbeda dengan Surawisesa yang dikenal sebagai panglima perang yang perwira, perkasa dan pemberani, Ratu Dewata sangat alim dan taat kepada agama. Ia melakukan upacara SUNATAN (adat khitan pra-Islam) dan melakukan tapa PWAH-SUSU (hanya makan buah-buahan dan minum susu). Menurut istilah kiwari VEGETARIAN.

Resminya perjanjian perdamaian PAJAJARAN - CIREBON masih berlaku. Tetapi Ratu Dewata lupa bahwa sebagai TUNGGUL NEGARA ia harus tetap bersiaga. Ia kurang mengenal seluk-beluk POLITIK.

Hasanudin dari Banten sebenarnya ikut menandatangani perjanjian perdamaian Pajajaran - Cirebon, akan tetapi itu dia lakukan hanya karena kepatuhannya kepada siasat ayahnya (Susuhunan jati) yang melihat kepentingan Wilayah Cirebon di sebelah timur Citarum. Secara pribadi Hasanudin kurang setuju dengan perjanjian itu karena wilayah kekuasaannya berbatasan langsung dengan Pajajaran. Maka secara diam-diam ia membentuk pasukan khusus tanpa identitas resmi yang mampu bergerak cepat. [Kemampuan pasukan Banten dalam hal bergerak cepat ini telah dibuktikannya sepanjang abad ke-18 dan merupakan catatan khusus Belanda, terutama gerakan pasukan SYEKH YUSUF]. Menurut Carita Parahiyangan, pada masa pemerintahan Ratu Dewata ini terjadi serangan mendadak ke Ibukota Pakuan dan musuh "tambuh sangkane" (tidak dikenal asal-usulnya).